10 Rayagung 1433 H
* اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * وَللهِ الْحَمْدُ * اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لاَ اِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ َلا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله! إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin yang berbahagia
* اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * وَللهِ الْحَمْدُ * اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لاَ اِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ َلا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله! إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar … walillahil hamdu ..
Hari ini adalah hari yang teristimewa, dimana Allah Swt, menamakannya sebagai hari raya haji atau hari raya qurban. Karena pada saat ini, jutaan umat Islam yang berasal dari seluruh penjuru dunia sedang lebur dan tenggelam dalam melaksanakan ibadah haji dengan mengumandangkan takbir dan talbiyah silih berganti.
Setiap kali kita merayakan Id Adha, pasti kita akan kembali mengenang sejarah peristiwa berqurban yang telah dilakoni oleh dua hamba Allah yang ikhlas melaksanakan perintah Tuhan, seperti yang terlukis dan terpahat dalam satu rangkuman ayat yang amat sangat indah bahasanya di dalam al-Qur’an. Dimana dilukiskan dalam suatu dialog interaktif antara Nabi Ibrahim a.s. dengan anaknya Nabi Ismail a.s, ditugaskan untuk mengurbankan putra kesayangannya. Ketika Nabi Ismail a.s, menginjak usia remaja, sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim a.s, mendapat perintah langsung dari Allah lewat mimpi yang benar, bahwa ia harus mengurbankan Ismail putra kesayangannya. Nabi Ibrahim a.s, duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi.
Hadirin yang berbahagia
Dapat kita bayangkan, bagaimana kegembiraan hati Ibrahim sang ayah ketika dianugerahi generasi pengganti dirinya yang telah didambakan sekian tahun lamanya, dan bagaimana tingkat kecintaannya terhadap putra tunggal, anak kandung sibiran tulang, cahaya mata, pelepas rindu, tiba-tiba harus dijadikan qurban, oleh tangan ayahnya sendiri. Tentu, suatu konflik batin yang bergejolak yang tejadi pada diri Nabi Ibrahim antara kecintaan kepada anak dan ketaatan memenuhi perintah ilahi. Namun, cintanya kepada Allah jauh lebih besar dan lebih di atas daripada cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan materi kedunian lainnya.
Demikianlah Nabi Ibrahim dan Ismail a.s., membuktikan keimanan dan kecintaan serta ketaatan pada Allah, sehingga Allah menggantinya dengan kenikmatan yang tiada tara yaitu seekor sembelihan domba yang besar. Dan peristiwa inilah yang melatarbelakangi disyari’atkannya ibadah qurban yang senantiasa kita laksanakan setiap tanggal 10 sampai 13 Dzuhijjah.
Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar … walillahil hamdu ..
Menurut pandangan salah seorang ulama, terhadap peristiwa qurban Ismail, mengandung makna yang sifatnya simbolistik. Pada dasarnya semua orang bisa saja berperan sebagai Ibrahim yang memiliki Ismail. Ismail yang kita miliki dapat berwujud sebagai anak, isteri yang cantik, harta benda yang banyak, pangkat, kedudukan yang tinggi, pendeknya segala apa yang kita cintai, yang kita dambakan, yang kita kejar-kejar dengan rela mempertaruhkan semua yang kita miliki. Ismail-ismail yang kita miliki itu, kadang dan bahkan tidak sedikit membuat kita terlena dan lalai serta terbuai dari gemerlapan duniawi yang menyebabkan melanggar ketentuan moral, etika dan agama, sehingga sulit kembali mengingat Allah swt.
Oleh karena itu, seyogyanya kita dapat berperan sebagai Ibrahim, untuk dapat menaklukkan Ismail-Ismail itu. Janganlah kita dipalingkan dari Tuhan oleh hal-hal yang pada hakikatnya bersifat semu dan tidak abadi. Kita boleh memiliki apa saja di dunia ini, asalkan halal. Kita boleh saja kita memiliki uang bermilyar-milyar banyaknya, asal tidak menipu dan menyengsarakan orang lain. Bahkan lebih dari itu kita boleh menguasai dunia ini asal tahu batas kemampuan kita. Akan tetapi jangan sekali-kali dunia yang kita cintai ini menjadikan dan membiarkan kita terbuai dan terlena, sehingga lupa hakikat diri kita sebagai makhluk yang beriman kepada Allah swt. dan sebagai manusia yang beraqidah
Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar … walillahil hamdu ..
Pada zaman yang akhir-akhir ini oleh masyarakat Indonesia dinamakan lagi sebagai zaman reformasi, tampak jelas dan tidak terbantahkan bahwa cinta duniawi telah merebak dan mewabah mencemari perilaku hidup dan kehidupan manusia, di mana manusia dipandang sebagai obyek, bukan sebagai subyek. Kadar dan nilai manusia ditentukan seberapa jauh nilai materi yang dimilikinya. Tinggi rendahnya nilai kehormatan manusia tergantung dari lebel-lebel keduniaan yang melekat pada diri manusia itu sendiri. Maka wajarlah jika manusia zaman sekarang ini merasa asing bahkan bingung hidup di atas bumi yang melahirkannya.
Oleh karena itu, penyembelihan qurban hari ini, sepantasnya membuat kesadaran baru ke dalam diri individu setiap manusia. Kesadaran baru itu ialah memahami akan hakikat keberadaan manusia dalam kosmos alam Allah ini,
Penyembelihan qurban merupakan suatu tindakan penundukan dan penguasaan kecenderungan-kecenderungan hewani dalam diri manusia itu sendiri yang dalam bahasa agama disebut al-nfasu al-ammârah dan al-nafsual-lawwamah, yakni keinginan-keinginan rendah yang selalu mendorong atau menarik manusia ke arah kekejian dan kejahatan.
Hadirin yang berbahagia
Namun sayang, pada kenyataannya terdapat kesenderungan, bahwa makna dari kerelaan berqurban masih kurang mendapat perhatian dan penghayatan yang memadai, karena masih banyak di antara mereka yang berperan di bundaran dunia fana’ ini, cuma menanti pengorbanan orang lain, bahkan andai kebetulan ia menjadi seorang atasan, berpangkat dan berkedudukan, maka diperasnya bawahannya agar sudi berkorban baginya, demi kenikmatan egonya, demi prestise kejayaannya dan lain-lain.
Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar … walillahil hamdu ..
Qurban disyariatkan guna mengingatkan manusia, bahwa jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengorbanan. Akan tetapi yang dikorbankan bukan manusia, bukan pula kemanusiaan. Namun yang dikorbankan adalah binatang, yang sempurna lagi tidak cacat, sebagai indikasi, agar sifat-sifat kebinatangan yang sering bercokol pada diri kita, harus dienyahkan serta dibuang jauh-jauh. Misalnya: sifat mau menang sendiri walau dengan menginjak-injak hak orang lain, sikap tamak dan rakus walau kenyang dari kelaparan orang lain, bahagia dan senang walau menari-menari di atas penderitaan orang lain, mabuk kuasa dengan ambisi yang tidak terkendali, sombong, serta angkuh, iri hati dan dengki, tidak rela disaingi, tidak mau dikritik, tidak mampu mendengar nasihat dan lain sebagainya.
Hikmat inilah yang diajarkan dalam berqurban, seperti dalam firman Allah swt. QS. Al-Hajj (22): 37
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَاوَلَا دِمَاؤُهَاوَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَالَكُمْ لِتُكَبِّرُوااللَّهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِالْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging dan darah binatang qurban itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi apa yang akan sampai kepadaNya hanyalah ketaqwaan. Demikianlah dia memperuntukkan binatang ternak itu bagiMu semoga kamu mengagungkan Allah. Allah berkenan dengan petunjukNya kepadamu, lalu berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang membuat kebajikan.”
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Di samping itu, lewat ajaran perintah berqurban, islam mengajarkan, mendidik, serta menyadarkan umat ini, bagaimana membangkitkan kepekaan dan kepedulian sosial kita kepada sesama saudara kita yang lain, yaitu membantu terbinanya pengentalan persaudaraan yang hakiki, cinta kasih dan tanggung jawab antara sesama ummat, serta terwujudnya pemerataan pendistribusian protein hewani untuk meningkatkan gizi masyarakat dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan pengabdian-nya kepada Allah dan sesamanya.
Allahu akbar … Allahu akbar … Allahu akbar … walillahil hamdu ..
Hadirin hadirat rahimakumullah,
Mengakhiri khotbah kita pada kesempatan ini, marilah kita bersama-sama memusatkan ingatan kita kepada Allah seraya mengangkat tangan dan memohon do’a ke hadirat-Nya.
Ya Allah, ya Tuhan kami, pada hari ini kami berkumpul merayakan hari yang Engkau agungkan, hari yang sangat bersejarah dalam kehidupan umat manusia, khususnya manusia yang mengakui keberadaan dan kemahabesaran-Mu. Oleh karena itu ya Allah, kami bermohon kepadamu, kiranya senantiasa berkenan melimpahkan rahmat dan kasih sayang kepada kami sehingga kami mampu menjalankan semua yang engkau perintahkan dan meninggalkan semua larangan-Mu.
Ya Allah, ya Tuhan kami, Tuhan yang senantiasa mendengarkan semua pengaduan hambanya, anugrahilah kami rezeki yang mulia serta hati yang ikhlas untuk senantiasa rela berkorban demi memenuhi panggilan-Mu.
Ya Allah, anugrahkan pula kepada kami hati yang pandai bersyukur, sehingga kami dapat mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah ya Tuhan kami, limpahkanlah rezeki yang Engkau berkati dan jadikanlah rezeki itu sebagai alat untuk memperkokoh silaturahmi di antara kami, dan bukan menjadi bala’ atau ssumber bencana atas kami.
Ya Allah, ya gaffâr ya Rahman, ya Rahim, ampunilah dosa dan kesalahan kami, ampunilah segala dosa dan kesalahan ayah dan ibu kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangai dan mendidik kami sewaktu kecil.
Ya Allah, ya Mujibassailin, perkenankanlah semua permintaan kami.
0 komentar:
Posting Komentar